TEKNIK PENCARIAN BLACK BOX AIRASIA QZ8501


TEKNIK PENCARIAN BLACK BOX AIRASIA QZ8501

Setelah serpihan pesawat AirAsia ditemukan, kini tim penyelam mencoba mencari bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501. Dimana pada bagian ekor pesat terdapat kotak penting atau yang biasa disebut dengan black box (kotak hitam), fungsi dari black box itu sendiri adalah sebagai alat untuk merekam pembicaraan antara pilot dengan pemandu lalu lintas atau air traffic control. Setelah berhari-hari mencari bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 akhirnya ditemukan dibagian Laut Jawa yang berkedalaman kurang lebih 25-30 meter, tim pennyelam pun segera mencoba mengangkat bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501, untuk mendapatkan black box tersebut yang menjadi kunci penyebab AirAsia jatuh kelaut. Sinyal black box (kotak hitam) pesawat Air Asia QZ8501 mulai terdeteksi di tengah-tengah upaya pengangkatan bagian ekor pesawat. "Ya betul ada terdeteksi, 1 km arah timur dari penemuan ekor," ujar Direktur operasional Basarnas SB Supriyadi, Ahad (11/1). Sinyal black box, ujarnya, terdeteksi oleh tiga kapal yang berada tidak jauh dari ekor pesawat. Posisi kotak hitam yang berada di luar kotak hitam itu, disebutnya karena diduga terlempar dari bagian ekor pesawat yang hilang kontak pada 28 Desember 2014 lalu itu. Ketiga kapal yang berhasil menemukan sinyal black box pesawat AirAsia tersebut, yaitu Baruna Jaya, Java Interior, dan Geo Survey. Ia mengatakan akan dilakukan pengecekan dengan melakukan penyelaman dari kapal KN Pacitan.


Maka, selain melibatkan penyelam, alat-alat canggih juga dilibatkan seperti ini:


Pinger Detector


Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)berusaha mencari tahu keberadaan black boxpesawat AirAsia QZ8501. Alat yang digunakan berupa 6 buah Pinger Detection.

"Ada 6 Pinger Detector yang akan dipakai untuk mencari sinyal emergency yang menempel di blackbox(kotak hitam)," kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi, saat dihubungi detikcom, Selasa (30/12/2014) malam.Alat emergency yang dimaksud adalah Underwater Locator Beacon (ULB)yang menempel di black box yang mengeluarkan sinyal darurat.


Pinger detector selanjutnya akan mendeteksi bunyi tersebut. "Bisa mendeteksi suara hingga 200 meter," ujar Tatang. Enam alat Pinger Detector yang akan digunakan merupakan milik KNKT, KNKT Singapura dan KNKT Inggris. Rencananya, tim pencari black box ini akan mulai bergerak dari Tanjung Pandan sekitar pukul 06.00 WIB.


Remote Operator Vehicle (ROV)


Bila lokasi black box sudah diketemukan, maka robot yang disebut Remote Operated Vehicle (ROV) akan digunakan. Alat ini akan mengangkat benda-benda dalam laut yang dalam. ROV digunakan untuk banyak hal di dalam air, beberapa di antaranya untuk kepentingan eksplorasi minyak lepas pantai, termasuk perakitan pipa, elektronik, dan konstruksi. ROV ini juga digunakan untuk mengangkat black box Adam Air di perairan Majene Sul-bar dari kedalaman laut 2.000 meter. ROV yang digunakan untuk mengangkat Adam Air saat itu adalah jenis ROV Remora yang bisa menjelajah hingga kedalaman 6 ribu meter.


Yang akan membawa ROV dalam SAR AirAsia adalah tim survei yang beranggotakan Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia membawa sejumlah peralatan canggih yang biasa digunakan untuk pemetaan bawah laut. "Jadi nanti kami akan cari objek dengan sonar, setelah itu akan dibuatpeta dalam bentuk 3D setelah itu ROV akan diturunkan untuk mengambil gambar visual berupa video dan foto," kata kata Ketua Ikatan Alumni Geodesi ITB yang tergabung dalam tim survei, Henky Suharto, di pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (31/12/2014).


Multibeam Echosounder


Multibeam echosounder, menurut situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), alat ini digunakan untuk survei di laut dalam, menentukan letak kedalaman benda seperti bangkai kapal, penghalang, dan objek-objek lainnya. Alat ini juga akan dibawa tim survei dari Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia. Alat ini, seperti sistem sonar lainnya, memancarkan gelombang suara dalam bentuk kipas yang langsung berasal di bawah lambung kapal. Sistem ini mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan sinyal akustik dari transmitter atau pemancar ke dasar laut atau objek dan kembali lagi.


Dari pergerakan sinyal akustik itu, bisa diketahui jarak kedalaman benda. Dengan cara ini alat ini menghasilkan cakupan area luas survei. Cakupan area di dasar laut tergantung pada kedalaman air, biasanya dua sampai empat kali kedalaman air.


Side Scan Sonar


Tim dari Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia juga akan membawa side scan sonar. Side scan sonar adalah sistem khusus untuk mendeteksi benda-benda di dasar laut. Kebanyakan sistem pemindaian samping tidak dapat memberikan informasi mendalam. Seperti sonar lainnya, side scan sonar ini memancarkan energi suara dan menganalisa sinyal kembali (echo/gaung) yang kembali dari dasar lautatau benda lainnya. Side scan sonar biasanya terdiri dari tiga komponen dasar: towfish, kabel transmisi, dan unit pengolahan.


Submersible Vehicle


Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) menyatakan butuh suatu alat bernama submersible vehicle untuk mengevakuasi pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ 8501. Tapi Indonesia tak punya alat itu dan harus meminjamnya dari mancanegara. Apa sebenarnya submersible vehicle itu?


Submersible vehicle bila diterjemahkan tentu saja berarti kendaraan selam. Namun bukan berarti ini sama dengan kapal selam. Bila diperhatikan, submersible vehicle terlihat lebih ringkas secara ukuran. Dikutip dari berbagai sumber, submersible vehicle merupakan kendaraan kecil yang didesain untuk menjangkau kedalaman lautan, bahkan hingga kedalaman bertekanan tinggi yang tak mungkin manusia bisa berada pada titik kedalaman itu.


Submersible vehicle tak bisa beroperasi sendiri layaknya kapal selam, melainkan butuh 'kapal induk' yang berada di atas permukaan air. Kendaraan yang tidaksepenuhnya otonom ini masih membutuhkan dukungan dari kapal di permukaan laut, mereka dihubungkan oleh semacam tali atau saluran. Submersible hanya memuat sedikit awak dengan ruang yang sempit. Kendaraan ini dirancang sedemikian rupa untuk tahan terhadap tekanan air yang tinggi di kedalaman laut. Ada pula sejenis submersible yang dinamakan marine remotely operated vehicles (MROV) yang tak menggunakan awak.


Namun demikian, submersible jenis apa yang bakal digunakan untukmengevakuasi AirAsia? Pihak Basarnas belum jelas betul menjelaskannya. Hanya saja, submersible itu bukan ROV yang tak berawak. "Kita masih belum bisa bicara lebih jauh, karena ini masih minta bantuan. Sekarang masih fokus untuk pencarian. Kalau submersible vehicle itu untuk evakuasi. Kalau nanti sudah ketemu lokasinya dan ketemu kedalamannya, baru submersible dibutuhkan. Submersible ini biasanya ada awaknya, dan awaknya mengoperasikan," kata Kepala HumasBasarnas Dianta Bangun di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Senin (29/12). [brbs/det/voa-islam.com]



Baruna Jaya Fokus Temukan Kotak Hitam Kapal Baruna Jaya IV BPPT bergerak melakukan pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh di perairan Belitung, Ahad (28/12). Kapal riset Baruna Jaya I diminta fokus menemukan kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng). Perekayasa madya BPPT Yudo Haryadi melalui sambungan telpon kepada Antara di Pangkalan Bun, Kalteng, Minggu mengatakan penekanan pencarian Baruna Jaya I dari Basarnas untuk mencari kotak hitam dulu. Pergerakan kapal riset ini pun, menurut dia, berada di bawah koordinasi Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT). "Ada tiga kapal yang membawa 'pinger locator' yang di berada di lokasi pencarian dan itu dikoordinasikan oleh KNKT," ujar dia. Sejauh ini, menurut dia, "pinger locator" Baruna Jaya I baru menangkap indikasi signal atau ping kotak hitam pesawat yang dicari di beberapa lokasi. Namun belum ada yang terkonfirmasi hingga pencarian hari ke-14. Saat ini, Yudo mengatakan Baruna Jaya I masih mencoba mencari atau menangkap signal dari kotak hitam di radius yang tidak begitu jauh dari penemuan ekor pesawat. "Pinger locator" dapat menangkap signal dari kotak hitam sekitar enam kilometer. Kapal riset ini, menurut dia, masih "disiplin" menyisir sektor prioritos kedua untuk menemukan kotak hitam sesuai dengan arahan Badan SAR Nasional. Sebelumnya, Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi mengatakan kotak hitam yang menyimpan Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) dari pesawat Air Asia QZ8501 diduga telah terpisah dari ekor pesawat. "(Kotak hitam) tidak ada (di ekor pesawat). Jadi kemungkinan sudah berpisah dengan ekornya," katanya. Hanya saja, ia mengatakan letak pasti dari benda yang mengeluarkan signal tersebut belum dapat ketahui. "Letaknya belum bisa kita pastikan, masih berupa kemungkinan-kemungkinan. Namun beberapa kapal pencari yang membawa 'pinger locater' menangkap signal yang berada satu kilometer (km) sebelah tenggara dari ekor pesawat yang telah ditemukan," ujarnya. "Lebih dan kurangnya seperti itu, sehingga sekarang upaya mendeteksi dengan pinger ini terus dilakukan supaya dapat lokasinya yang tepat, sehingga nanti penyelam bisa turun ke lokasi yang tepat," ujar dia.


Sinyal Ping QZ 8501 Diduga Berhasil Diidentifikasi


Potongan bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 setelah berhasil diangkat dari dasar laut dengan menggunakan "floating bag" oleh tim penyelam gabungan TNI AL dan ditempatkan di atas kapal Crest Onyx, di perairan Laut Jawa. Kapal riset Baruna Jaya I (BJ1) tengah mengidentifikasi sinyal PING yang diduga kotak hitam pesawat Air Asia QZ 8501 yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah (Kalteng). Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi dan Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin dalam keterangannya di Teluk Kumai, Kalteng, Ahad (11/1), mengatakan temuan sinyal tersebut berada sekitar empat kilometer (km) dari area temuan ekor pesawat Air Asia QZ 8501. Ia menduga kuat obyek tersebut adalah kotak hitam yang tengah menjadi fokus pencarian tim SAR gabungan. Saat ini, ada tiga Kapal Survei yang dikoordinasikan Basarnas yang tengah melakukan verifikasi terhadap dugaan obyek kotak hitam tersebut. Sementara itu Penanggung Jawab Puskodal Operasi Baruna Jaya I BPPT Imam Mudita mengatakan dugaan obyek tersebut berada sekira 4,5 km dari area temuan ekor pesawat Air Asia QZ 8501. "Frekuensi kotak hitam 37,5 khz, terus kita dengarkan dan dipantau koordinatnya," ujar dia. Sebelumnya, Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi mengatakan kotak hitam yang menyimpan Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) dari pesawat Air Asia QZ 8501 diduga telah terpisah dari ekor pesawat. "(Kotak hitam) tidak ada (di ekor pesawat). Jadi kemungkinan sudah berpisah dengan ekornya," katanya. Hanya saja, ia mengatakan letak pasti dari benda yang mengeluarkan signal tersebut belum dapat ketahui. "Letaknya belum bisa kita pastikan, masih berupa kemungkinan-kemungkinan. Namun beberapa kapal pencari yang membawa 'pinger locater' menangkap signal yang berada satu kilometer (km) sebelah tenggara dari ekor pesawat yang telah ditemukan". "Lebih dan kurangnya seperti itu, sehingga sekarang upaya mendeteksi dengan pinger ini terus dilakukan supaya dapat lokasinya yang tepat, sehingga nanti penyelam bisa turun ke lokasi yang tepat," ujar dia.


Black Box Air Asia QZ8501 Diperkirakan Berada 4 Kilometer dari Ekor Pesawat Serpihan pesawat Air Asia QZ8501 disimpan di ruang Disasater Victim Identification (DIV) Polri di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng, Kamis (8/1). (Antara/Prasetyo Utomo) Kapal riset Baruna Jaya I (BJ1) tengah mengidentifikasi sinyal PING yang diduga kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah. “Temuan sinyal tersebut berada sekitar empat kilometer dari area temuan ekor pesawat Air Asia QZ 8501,” terang Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi dan Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin, Ahad (11/1). Ia menduga, obyek tersebut adalah kotak hitam yang tengah menjadi fokus pencarian tim SAR gabungan. Untuk memastikannua, tiga kapal survei yang dikoordinasikan Basarnas tengah memverifikasi obyek tersebut. "Mudah-mudahan tidak salah. Karena tiga alat dari tiga kapal, ketika memanggil, ping-nya menjawab dari kotak hitam," katanya. Sementara itu Penanggung Jawab Puskodal Operasi Baruna Jaya I BPPT Imam Mudita mengatakan dugaan obyek tersebut berada sekitar 4,5 km dari area temuan ekor pesawat AirAsia QZ 8501. "Frekuensi kotak hitam 37,5 khz, terus kita dengarkan dan dipantau koordinatnya," ujar dia.


Refrensi :


http://wafiq-agito.blogspot.com/2015/01/teknologi-pencarian-untuk-mendeteksi.html?m=1
http://www.google.com/search?site=&source=hp&ei=k1LUVJOAOMLQmwWTioDQBg&q=informasi+yg+terdapat+pada+black+box+antara+kapilot+dengan+&oq=informasi+yg+terdapat+pada+black+box+antara+kapilot+dengan+&gs_l=mobile-gws-hp.3...116.29354.0.32094.77.60.0.0.0.0.0.0..0.0.msedr...0...1c.1.61.mobile-gws-hp..77.0.0.4Yu4rZ7-ifA
http://m.beritasatu.com/video/238634-cara-kerja-teknologi-sonar-mencari-black-box.html

Comments

Popular posts from this blog

Standar Iso

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat Desain Sistem / Software

Mengukur Kualitas Website dan Layanan TI